Selasa, 06 September 2022

Singgah Yang Tak Sungguh

 Ada seseorang berkata:

Mau sebahagia apapun dirimu dengan pasanganmu saat ini. Pasti dirimu masih memiliki satu nama di dalam hatimu yang tidak akan pernah terhapus sampai kapanpun, mungkin hanya sekedar memudar. Dia mungkin tidak bersamamu tapi dia hidup didalam hatimu.

....dan

Ternyata aku sedang merasakan hal itu.



Lebih tepatnya bukan berada diposisi yang sulit melupakan satu nama tersebut, melainkan berada diposisi seseorang yang mencoba untuk membuatmu percaya bahwa masa lalu akan selalu ada pengganti yang lebih baik. Aku hanya sedang mencoba menyadarkan dirimu bahwa bukan dirinya atau kenangannya yang sulit kau lupakan, melainkan dirimu sendiri yang membuatnya sulit dilupa, entah itu sulit atau memang kau tak ingin, yang pasti aku hanya sedang mencoba merubah pola pikirmu, meski aku tahu itu bukan perkara mudah dan kemungkinan tidak akan berhasil, setidaknya mencoba masih lebih baik daripada tidak sama sekali.

Tenangku banyaknya ada dikamu, pulangku masih dikamu dan berbagi kisahku masih nyaman dikamu. Kamu mudah saja beradaptasi dengan ketidak jelasan yang kita ciptakan, kita terlalu sempurna jika disebut menyatu namun juga terlalu jauh jika disebut pertemanan. Kita masih diambang hubungan, aku yang masih meyakinkan padamu bahwa rela masaku untukmu namun kamu yang masih sangat bimbang atas masa lalu yang selalu masih jadi bayangan didalam kepalamu sendiri.

Tidak tegaan katamu, masih sayang menurutku.

Kau hanya berdelik diatas kalimat kali ini sesudah putus hubungan aku dan dia tidak akan pernah bersama lagi, aku sudah tidak akan menerimanya lagi, kali ini sudah cukup putus nyambung dengan dia, tetap saja dia berusaha untuk dekat dan aku tidak tega untuk itu, tapi tenang saja aku tidak akan merespon dia seperti dahulu, kali ini biasa saja.

Aku tak tahu sebenar-benarnya pada siapa hatimu bermukim.

Ini kembali kepada tulisanku sebelumnya, soal menyayangimu adalah tentang keihklasan. Bahkan saat aku sudah benar-benar menjadi yang paling rela, menjadi seorang yang paling ihklas atas semua keadaan serta menjadi yang paling lapas atas nama kesabaran. Tugasku hadir dalam hidupmu adalah untuk membuatmu bahagia, nanti jika ada orang lain yang mampu membuatmu bahagia atau ada yang bisa membuatmu lebih bahagia, maka tugasku sudah selesai, menyayangimu memang soal keihklasan tanpa batas dan tanpa balas, untukmu aku tak berharap timbal balik atas segala yang telah kuberi.

Kini memaksakan diri untuk terbiasa tanpa pesan darimu, membiasakan diri tanpa mendengar suaramu, menghinakan diri sendiri yang terlihat bisa tanpamu namun pada kesendirian hati masih berbisik pada pikiran untuk mengingat segala hal tentangmu, tentang tingkahmu yang berani, mata sayu milikmu yang mudah sekali mengantuk, gelak tawa tanpa beban ketika kita sedang bercanda bersama, juga waktu malam yang kita habiskan untuk bercerita, namun aku lebih senang diam mendengarkan cerita milikmu, sebab aku merasa senang dan nyaman mendengar suaramu diujung telfon, juga sering kali kamu menangis atas setiap hal yang membuat hatimu lelah. Mungkin saat itu hanya aku satu-satunya manusia yang paham sekali tentang dirimu, tentang keluh kesahmu, seperti katamu waktu itu bahwa hanya aku yang bisa kau ajak diskusi tentang apapun dan hanya denganku kau berani bercerita bebas tanpa batasan, sehingga kau meyakinkan lagi bahwa hanya aku yang jadi rumah atas segala rasa keluh kesah milikmu.

Namun kembali pada kenyataan, pikiranku berputar bagai gasing. Hanya ada satu hal yang tidak dapat aku mengerti tentangmu, yaitu tentang perasaanmu. Kau seolah menjadikanku rumah dan membuatku yakin akan hal itu, kau bangun dengan kalimat penenang dan meyakinkan. Namun yang kini kusadari adalah aku bukan satu-satunya rumah yang kau buat untuk kau singgahi.

Kau ingat dialog antar kita diatas sebuah sepeda motor tua waktu itu? Kau bilang bahwa kau tidak dapat menjalankan suatu hubungan jarak jauh. Kalimat itu juga yang menyadarkanku bahwa memang benar ada rumah lain untuk kau singgahi, lebih tepatnya rumah lamamu, meski memang tidak senyaman, semegah dan tidak memiliki fasilitas lengkap seperti rumah yang aku berikan, namun nyatanya rumah pertama memang selalu memiliki kisah menarik didalamnya, yang bisa saja belum tentu dimiliki oleh rumah baru. Ada kisah tersendiri dirumah lama, yang sangat khas, sehingga kau merelakan diri merebah pada kasur kapuk dirumah lama, meninggalkan kasur baru yang sebenarnya lebih nyaman untuk kau rebahi, mungkin juga sudah banyak foto dan kegiatan dirumah lama sehingga menyimpan banyak kenangan dalam bentuk memori.

Nona..

Rumah baru yang telah kau buat kini telah sedikit usang berdebu, bangunannya tetap kokoh dan jauh dari kata lapuk, hanya saja rumah itu kini terasa kosong dan sepi, bukan tentang perabotan yang ditinggalkan, namun tentang tiada lagi bising suara cerita, canda tawa, tangis atau bahkan hanya sekedar langkah kaki semua telah benar-benar pergi, tidak dihuni oleh siapapun, karena rumah itu tidak disewakan apalagi dijual untuk siapapun.

Dan yaa nona, jika tebakkanmu rumah yang aku maksud dari awal itu adalah aku, maka memang benar adanya rumah megah yang kau tinggalkan tanpa alasan itu adalah aku.

Share: