Malam ini tidak ada yang lebih berisik dari hujan yang jatuh dimata hati, ditempat yang belum pernah kau sambangi, dia lantang meneriakan namamu berkali-kali, tiada henti. Tanpa rasa peduli akan diri, dia menuli telinganya sendiri.
Baginya, kamu adalah orang yang dia temui di tahun lepas,
mengenalmu tanpa sengaja dan menyayanginya secara tiba-tiba, dirimu baginya
adalah sederhana dan dia menyukainya, kau punya sifat yang sangat mungkin
dimiliki oleh orang lain, namun entah mengapa baginya mengenalmu adalah
berbeda. Kau tidak pernah sama dengan manusia lain yang dia temui, kau biasa
dan sederhana tapi entah kau juga spesial baginya. Bagaimana bisa aku
memberitahumu, bahwa berbicara denganmu saja bisa menghilangkan resahku.
Dia asli namun bertopeng.
Ini tentang hidup seseorang yang berkali-kali dimatikan. Dengan senyum sumringah namun dengan hati yang berdarah. Ini bukan cerita perihal patah hati bukan juga tentang visi, peristiwa ini bukan yang pertama kali dia alami, jauh sebelum ini hidupnya adalah tentang belenggu kepalsuan, teramat banyak hal bohong yang dia tawarkan kepada dunia dan beruntungnya banyak sekali yang tertipu oleh tindak lakunya terlebih dengan keadaan fisiknya yang terlihat biasa-biasa saja, jadi dia tidak perlu repot melakukan klarifikasi atas beberapa pertanyaan yang mungkin saja dia terima dari orang lain perihal benar atau tidak dirinya.
Mungkin nanti jika waktunya telah tiba antara takdir atau
ketetapannya sendiri, dia memilih akan sebenar-benarnya menghilang dan pergi. Dan
tidak memastikan dirimu baik-baik saja dengan hidup yang sedang kau jalani,
membiarkan semua rasa kecewa darimu membuncah dengan frontalnya, tidak ada
bacaan apalagi balasan. Temaram layaknya secerca cahaya lampu diantara halaman
kuburan tua, nampak hening dan kelam menyelimuti sekitar namun banyak jiwa mati
yang hidup diantara itu semua, bisa saja mereka berteriak lantang namun tidak
dapat didengar oleh manusia. Jika dianalogikan seperti itu juga gambaran
jiwanya, mati dan berteriak, namun hening bagi telinga dan mata manusia
lainnya.
Dia tersenyum serta tawa namun teresak tangis.
Dia senang membawa dirinya sendiri jatuh kedalam kekecewaan dan keterpurukan, asal dirimu bisa menemukan senyum kembali, dia rela mengorbankan hal paling berharga bagi setiap manusia dimuka bumi: yaitu waktu. Dia kadang tidak terbesit ingin meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, dia begitu ihklas mengemban pikulan atas rasa dan pikiran berat, dia selalu ingin memastikan dirimu telah bahagia dan merasa lega dengan apapun yang sebelumnya membebani. Hati yang dimiliki jiwanya terlalu peduli bagi jiwamu tetapi begitu kejam bagi dirinya sendiri.
Dia obat paling ampuh namun tidak untuk dirinya sendiri.
Berkata pada dirinya sendiri: setidaknya jika bukan dengan
fisik yang ada untuk menemani, setidaknya visual adalah opsi terakhir untuk
membahagiakan dirimu, pikirannya meyakini dirinya sendiri sebagai mahluk yang
tidak pantas berada dalam cerita bahagiamu. Terlebih bagi kamu seorang yang dia
sayang dengan teramat sangat, dia sering berpikir dan menegaskan bahwa
selayaknya orang yang ia sayang lebih berhak bahagia dengan orang lain yang
dipilih setelah sembuh dari luka-lukanya, baginya cukup dengan dalam sedih dan
pulihmu, tidak dengan bahagiamu, dia ihklas mengemban luka yang dikirim melalui
cerita, dia merasa sangat senang dan lega jika dirimu sudah bisa tertawa
diakhir percakapan dan bahkan bahagianya bertambah jika kamu sudah bisa
membahas hal lain daripada membahas masalahmu sendiri, dia meyakini bahwa kamu
sudah melupa masalahmu dan kamu merasa lega akan hal itu. Tetapi, dia akan
merasa sedih terlebih kesal karena belum bisa membahagiakan dirimu, diakhir
perjuangannya dengan harapan dia memilih untuk mengecewakan, dan membiarkan
dirinya dianggap sudah berubah dari biasanya dan terlihat sudah tidak peduli
pada seorang lain.
Dia sehat namun penuh luka.
Kembali pada gaduh riuh malam hari, bukan pada lingkungannya
tapi pada dalam dirinya, dia seringkali bertanya dengan lantang: apakah hidup
pantas untuk dia lanjutkan?
Sementara itu kehidupan dan pikiran membawanya kebeberapa
peristiwa yang sebagian membawanya mengingat ringkas, sebagian lagi membawanya
pada amarah diri sendiri, sebagian lagi membawanya pada rasa belas kasih yang
tertuju pada diri sendiri, namun besar rasa kasih hanya untuk dirimu dan belas
hanya untuk dirinya.
Dia hidup namun mati.
Dirinya berpesan: cari aku dalam kegelapanmu, disaat sedih
dan lelahmu. Aku selalu ada untuk menuntunmu kearah cahaya bahagiamu, akan
kuperkenalkan kembali pada bahagia yang mana tawa akan terasa seperti udara
segar dikala waktu shubuh, kelak jika senyum sudah ada dan tawa sudah bersuara,
tugasku selesai dan kembali pada tempat semula. Kelak jika kau kembali tersesat
pada sedih, kecewa, lelah dan disaat kau merasa tidak punya siapa-siapa, ingat
aku yang selalu berada dititik paling gelapmu, cari saja aku, lalu akan aku
lakukan tugasku dengan sepenuh hati agar kau merasa bahagia kembali, dan kau
bebas melangkah kembali dengan tawa ceriamu, buatlah kembali cerita-cerita
senang diatas dunia, jangan biarkan semesta tau sedihmu, cukup aku yang tau dan
bersuka rela merawatmu dengan perasaan penuh kasih. Tidak mengapa bagiku jika
aku yang berdarah namun orang lain yang kau rawat dengan cinta.