Bulan ini, mendapati bahwa otak sudah berhasil melupakan yang seharusnya memang
harus dilupakan, kegiatan yang selalu didasari oleh bahagia telah berhasil
menuntun hati kecil untuk melangkah maju meninggalkan masa lalu. Kebanggaan? Ya
bisa dibilang begitu, sebab terlalu banyak orang diluar sana terlalu payah
untuk melangkah dari masa lalu, atau terlalu tunduk dengan kenangan. Bodoh,
padahal mereka tahu bahwa itu hanya menghasilkan luka yang teramat mencekam dan
perih.
kenangan tak benar-benar pergi, tunggu saja dia hadir dengan kejutan | potret dari @fitrimilleni
Apa? Tempat, makanan, hadiah, ucapan manis dan kenangan?, itu hanya ilusi. Kamu
telah terhukum delusi. Cinta itu fana, seberapa kuat pun kamu mengikat, akan
ada masanya dia pergi lalu menghilang, entah karena masa yang telah kadaluarsa
atau telah menemukan sosok pengganti dirimu yang baru. Tinggal bagaimana caramu
melupakan dan mengihklaskan dia yang telah meninggalkan. Setiap yang tercipta
didunia sudah ditakdirkan memiliki pasangannya masing-masing, kiri dan kanan,
wanita dan pria, temu dan pisah. Masih pantas berharap kepada sesuatu yang
nantinya akan binasa?, sudah berapa pakaian yang kau teteskan dengan air mata,
sudah berapa lembar tisu yang kau gunakan untuk membersihkan hidung yang
terserang pilek dadakan, mau menghabiskan waktu untuk hal itu atau mencoba hal
baru.
Daripada berharap bisa balikan, lebih baik berharap bisa segera berbahagia.
Lagu favorit yang menemani kesenduanmu masih kau pedengarkan ketelinga
kesayanganmu? Tidak bosan?, lagu yang mencerminkan keadaan sebuah perasaan.
Masih mengurung diri dikamar? Berdua dengan kesendirian dan berharap ponselmu
mendapat pesan darinya, tidak lelah? Mengusap layar ponsel dan melihat kenangan
yang dulu, tidak pegal?, oksigen mulai tersedak karena sebu aliran lalu lintas
udara di alur pernafasanmu. Sadarkah beberapa orang terdekat mengkhawatirkan
tingkah lakumu yang berbeda dari biasanya. Tidak bersemangat menjalani hidup,
seolah separuh jiwamu telah terangkat. Dia bukan separuh jiwamu, jika dia benar
separuh jiwamu dia tidak akan berani pergi meniggalkan separuhnya yang lain
karena akan merasakan hal yang sama ketika kehilangan setengahnya, merasakan
sakit yang sama, perih yang sama.
Daripada berharap bisa balikan, lebih baik berharap bisa segera berbahagia.
Rindu akan segera musnah, itu berarti segala hal tentangnya juga akan
binasa. Dia memilih orang lain bukan? Yang menurutnya akan lebih bisa
membahagiakan dibandingkan dirimu. Memangkas jarak tanpa kabar adalah hal rutin
yang biasa dia lakukan. Kamu tetaplah berbahagia, jangan risau, masih banyak manusia
yang mau menemani dalam keadaan seburuk apapun. Dia juga biarkan saja bahagia,
kelak kalian akan segera dipertemukan oleh waktu dan saling tahu mana yang paling
benar-benar merasa bahagia.
Daripada berharap bisa balikan, lebih baik berharap bisa segera berbahagia.
Memang kadang kenangan akan sesekali muncul dalam ingatan, mau tidak mau,
perduli atau tidak, kenangan indah akan hadir bertamu, kembali kepadamu, kamu
mau menerimanya atau menyuruhnya pergi, kadang bertamasya bersama kenangan
memang menyenangkan, mengingat kembali sosok dimasa lalu, mengulang memori yang
pernah dilalui bersama, namun semua itu akan berakhir menyakitkan saat kau sadar
akan kenyataan bahwa kamu tidak lagi bersamanya sekarang, kalian terpisah, atau
mungkin berpisah. Apa aku pernah berkata untuk melupakannya? Kurasa tidak, kamu
hanya perlu menjadi teman terbaik baginya agar ketika kenangan itu hadir bertamu,
kamu akan menerima dan mengakhirinya dengan senyuman bukan dengan kesedihan,
percayalah itu lebih baik daripada saling membenci.
Daripada berharap bisa balikan, lebih baik berharap bisa segera berbahagia.
Bagaimana lagu yang kau perdengarkan? Sudah berganti atau masih sama?. Lalu
sekarang masih dikamar atau sudah berani melangkah keluar rumah?. Bagaimana dengan
rutinitas mengusap-usap layar ponsel? Masih menyimpan kenangan atau sudah membuat
kisah baru?
Mari meneladani kisah lalu, entah
nantinya tetap pisah atau kembali bersatu. Berdoa saja.