Selasa, 02 Januari 2018

Grafem Kladodia

Ketika mendamba adalah suatu kepasrahan maka akan ada kecewa diakhir cerita, ketika mengharap adalah pilihan maka akan ada sakit sebagai jawaban, atas raga yang kau kesampingkan, aku pernah mendambamu tanpa kepastian, aku pun pernah mengharap tanpa balasan, demi raga yang telah tersungkur lemas, aku pernah merasa memiliki tanpa terbalas, sakit oleh kecewa adalah cambukan teristimewa dikala hati sedang merana, terkoyak akan perasaan yang dibolak balik, terisi sepi atas asa yang tak pernah kau balas perduli.


Senja berpamitan, hatiku rapuh tak karuan | potret dari; @alyaputri


Terbengkalai, iya begitulah keadaan hati dan perasaanku saat ini.

Aku menulis diantara raga yang terlihat kuat dan jiwa yang sebenarnya tersayat, ditemani para rasio bintang, hening malam, sinar rembulan, dan pekatnya suasana malam, aku mencoba lekas pulih walau jiwa masih meronta perih, sebab aku yakin keperdulianmu atas raga yang selalu berjuang tidak akan pernah ada, kau begitu egois, terlihat jelas ketika kau masih sempatnya tersenyum disaat hatiku sedang ranum. Perdulikah dirimu?, ada seonggok gumpalan daging yang bernaung dalam berbagai rasa, kurasa kau tidak perduli, sebab gumpalan itu masih sering kau mainkan. Detak jantung bersinergi atas kerja dari gumpalan itu sendiri. Sementara itu kau dengan mudahnya memporak-porandakan tanpa rasa bersalah, membuat kinerja detak jantung tidak lagi berirama searah.

Terbengkalai, iya begitulah keadaan hati dan perasaanku saat ini.

Ada cerita yang sejatinya hanya menjadi kenang. Sederhana saja, kini tawamu sudah tidak menghiasi telingaku, rentetan pesan mesra tidak lagi terkirimkan ke nomorku, rangkupan cemas tak lagi tentang keberadaanku, semua itu telah kau asingkan dari namaku. Semudah itu kau lakukan, padahal dulu kau pernah memaksaku berkata untuk tidak meninggalkanmu. Keperdulianmu sirna sejalan dengan langkah kepergianmu dari hidupku, melepas genggaman erat yang telah kita jaga, membelokkan langkah kaki diantara senyum yang masih tertata rapih. Tiada kepergian tanpa kesedihan, itu adalah paket yang pasti diterima setiap hati ketika dihadapi oleh perpisahan.

Terbengkalai, iya begitulah keadaan hati dan perasaanku saat ini.

Menabahkan jiwa untuk menerima segala bentuk kenyataan bahwa kamu tidak akan menghabiskan waktu dengan aku lagi, setiap detik yang kita lewati kini hanya akan menjadi kenangan, dan segala bentuk kisah yang telah kita buat bersama hanya akan menjadi cerita yang entah akan tersimpan rapih atau terbuang bersama hilangnya perih.

Aku mencoba menyapamu lewat perantara artikel tentang kesehatan yang aku kirimkan untuk mu, iya, keperdulianku masih besar. Aku tak berharap untuk kau balas pesan itu, hanya agar kau baca untuk menjaga kesehatan dirimu, namun kau membalas pesan dariku dengan menuliskan “Terimakasih banyak, ini artikel yang selama ini aku cari, namun aku selalu lupa untuk mencari artikel ini, terima kasih banyak” parahnya kau menambahkan emotikon senyum manja diakhir pesanmu, entah sengaja atau sekedar menggoda, entahlah. Aku berusaha keras untuk menahan hati dan perasaan agar tidak tergoda oleh emotikonmu itu, aku membalas dengan agak ketus demi hati agar tetap kuat dan ikhlas dirimu dimiliki orang lain. Aku berharap tiada rentetan pesan lagi dilayar ponselku waktu itu, tapi kau malah membalas pesan ketusku, entah apa maksudmu yang jelas aku sudah tidak perduli, pesan kedua yang kamu kirim adalah pesan terakhir yang masuk di ponselku, sebab aku tetap ingin perasaan ini ihklas dan hati tetap kuat tanpa terusik oleh bualan manismu.

Hati dan perasaanku mulai aku bersihkan dari debu janjimu.

Menata kembali, membersihkan setiap rongga yang dulu porak poranda karena musibah hebat yang dialami, menjaga dan merawat kembali agar tempat yang kosong siap dihuni kembali oleh orang yang baru, yang siap mendiami dengan keikhlasan. Media sosial tempat dulu kita bercengkrama memulai kembali aktivitas rutinnya, membalas dengan lembut sapaan orang-orang, merangkul masa lalu dengan riang, tersenyum kecil setelah nyaman itu datang. Hingga mempersilahkan orang baru menempati ruang yang kosong, semoga dapat melupa masa lalu dan menjadi poros bahagia yang baru.

Merawat, menata dan menjaga kembali hati dan perasaan

Asyik memang menemukan kebahagiaan yang baru, setidaknya penantianku terhenti, do’a-do’aku terkabul, sosok yang akan menjadi kebanggaan dan menjadi poros kebahagiaan, datang dengan kesopanan membawa ketentraman, memberikan lebih dari apa yang aku khayalkan. Aku mengusap-usap mata lebih lama terasa perih oleh bahagia, dia benar-benar nyata. Namun jujur selalu terbesit dalam hati apakah aku pantas untuknya, cerdas saja tidak, mandi pun malas, kamar berantakan dan penampilan masih tidak karuan, jauh dari dia yang memiliki hunian bagai mahligai, cerdas dan kuliah disalah satu universitas unggulan, dia selalu tampil modis dan anggun. Ragu menjadi takut untuk lebih kenal dekat, aku yang memang dia terima apa adanya atau sekedar teman pelepas sepi nya saja.

Susah memang membedakan hanya sekedar suka atau memang benar cinta

Semoga mampu menganalisa dan hati kembali siap untuk menerima luka.
Share: