Akan ada pekan dimana tersimpannya
kenangan abadi, bukan dengan ketulusan namun dengan penyesalan, melewatkan
berjam-jam waktu hanya untuk menemani kebahagiaanmu. Mengubah setiap duka
menjadi canda tawa, aku lakukan semua itu ihklas, walau sering tak berujung
dengan balas, terlalu egois dirimu, memikirkan diri dan melupakan hati yang
berkerja keras bersinergi dalam setiap lengkungan senyumanmu.
Detak
malioboro | Lintas ramai perekam kisah
Pasrah.
Terlalu banyak cerita yang kau
kisahkan, terlalu sakit hati yang selalu kau abaikan,
merelakan setiap cerita yang kau bagi dengan kehangatan menelusup lewat telinga dan menikam tepat didada, aku adalah sumber bahagiamu, sadarkah itu?, terlalu banyak rangkapan peristiwa yang membuat hati semakin penuh akan perasaan sayang yang teramat hanya untukmu, bagi-ku itu tak berlebihan, karena rasaku sepenuhnya tulus untukmu dan doaku selalu terisi oleh namamu.
merelakan setiap cerita yang kau bagi dengan kehangatan menelusup lewat telinga dan menikam tepat didada, aku adalah sumber bahagiamu, sadarkah itu?, terlalu banyak rangkapan peristiwa yang membuat hati semakin penuh akan perasaan sayang yang teramat hanya untukmu, bagi-ku itu tak berlebihan, karena rasaku sepenuhnya tulus untukmu dan doaku selalu terisi oleh namamu.
Perlahan.
Mengerti bahwa aku bukanlah
satu-satunya lelaki yang ada didalam hatimu, kau terlalu banyak menyimpan rasa
bagi banyak orang yang sepesial, namun tak sedikit pun untukmu, kemesraan yang
sering kita bagi lewat obrolan hanyalah caramu agar hatimu tak kesepian,menanam
banyak kebahagiaan, menyiramnya dengan rintik ari mata yang kau buat dengan
kesengajaan, begitu rajin aku merawat, menjaga agar tak ada yang mencuri setiap
sisi kebahagiaan, sampai datang waktu sibuk sehingga aku tak mampu menjaga dan
merawat hingga datang masa paceklik dimana semua yang tertanam hilang tak tentu
kemana, yang tersisa hanyalah kekecewaan dan kesedihan.
Memahami.
Bahwa kini kau bukanlah tempat
terbaikku untuk melangkah pulang, bukan pula tempatku untuk menghilangkan keluh
kesah, aku pun tak terima jika nantinya aku harus hidup dengan pematah bahagia,
maka bersenang-senanglah dengan dia yang kau pilih untuk menggantikanku,
merencanakan berbagai janji untuk hari tua, hingga suatu hari nanti mendengar
namaku akan membuatmu terbunuh tepat didada, penyesalan akan menggerogoti
pikiranmu, kata maaf akan sering kau ucapkan dalam setiap doamu, curahan hati
kecilmu akan selalu kau perdengarkan ke langit, berbincang dengan tuhan bahwa
sebenarnya bahagia adalah nyata ada pada diriku, serta tangisan akan kau
biarkan mengalir membasahi pipimu.
Akhirnya..
Memilih..
Melupa.
Atas segala sesak yang kau beri,
menahan setiap sakit yang tertahan di dada, hingga akhirnya air mata membuncah
melewati kelopak mata, sesak semakin memuncak kala aku menemukan dirimu sedang
berfoto ria bersama lelaki barumu, seolah baru kemarin aku mencintaimu, kini
kau telah memiliki keluarga baru, kini aku lebih tersadar aku memang tak
seharusnya hidup bersama dirimu, sebab sakit yang kau beri terlalu banyak untuk
dihadiahi ucapan ter-terimanya permintaan maaf, kau melesat begitu cepat, menancapkan
kecewa begitu kuat. Remuk, tak tentu bentuk. Namun aku tak punya alasan untuk
segala pembelaan, jadi biarkan saja sisa luka yang berbicara, maka mimpi dan
harapan aku biarkan pupus bersama hati yang kian menjauh melawan arus.
Kini
biarkan aku bersinambung dengan kesendirian, menyatu padu dengan perjalanan
mencari cinta yang baru, memunguti sisa-sisa bahagia, mengantongi setumpuk
pengalaman atas cinta yang pernah pergi, menumpuk lara, meletakan segala harap,
menjajaki setiap rasa dengan prioritas bahwa pernah ada rasa yang meninggalkan
sakit pada hati, menegaskan bahwa aku membiarkan waktu berbicara bahwa akan datang
peristiwa pipimu dibasahi oleh gelimang air mata yang dibarengi permintaan
kalimat maaf penuh penyesalan.